Al – I’TISHAM, BUKU INDUK PEMBAHASAN
BID’AH DAN SUNNAH
Para
sosiolog, politikus, dan sejarahwan dari berbagai negara sepakat
bahwa bangsa
Arab tidak akan pemah bisa bangkit seperti yang pemah kita
saksikan,
kecuali dengan keutuhan Islam dan
kemurniannya dalam
menyatukan
dan memperbaiki kondisi, jiwa serta perilaku umat. Dahulu
kondisi yang
indah, damai, dan kental dengan keislaman pernah ada, namun
kemudian
menjadi goncang setelah melemahnya kaum muslim. Kemudian
timbul suara
dari sebagian mereka yang akidah dan ibadahnya telah terkotori
bid'ah
dengan menjadikan agama sebagai kambing hitam kemunduran.
Namun, lain
halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati keshalihan,
sebab ia
berkeyakinan bahwa hanya agama yang sanggup membawa kebaikan dan
kesatuan,
dan tidak mungkin menjadi penyebab kerusakan dan keruntuhan.
Mereka tidak
sadar atau mungkin menyadari bahwa hal-hal baru yang dimasukkan
dalam akidah
dan ibadah (bid'ah) telah menggerogoti kekokohon dan
keindahan
dalam kesatuan umat. Bukan hanya kesatuan, namun hal itu juga
sanggup
mendorong dan melemparkan umat ke dalam api neraka, sebab bid'ah
adalah sesat
dan setiap yang sesat hanya bisa bermuara di neraka.
Berkaitan
dengan hal tersebut kami memandang penting (kalau tidak
dikatakan
sebagai keharusan) untuk mengkaji dan menerbitkan buku yang
semestinya
menjadi panduan umat dalam membedakan antara bid'ah dan
sunnah,
sebab keduanya memiliki pemisah yang sangat tipis dan cara
pelaksanaan
yang terselubung.
Dalam buku
ini —seperti yang ditandaskan oleh Muhammad Rasyid
Ridha— para
pembaca akan menemukan sebagian kalimat yang berada di
antara dua
tanda baca ini () dengan bentuk bold atau tanda baca lainya untuk
mencocokkan
makna tulisan, sebab ia tidak akan cocok kecuali dengan
kalimat yang
ditunjuk sebagai pengganti dari kalimat aslinya. Tujuannya adalah
untuk
membedakannya dengan kalimat yang lain dan memberitahukan bahwa
kalimat
tersebut termasuk bagian darirevisi. Para pembaca juga akan
menemukan
tanda tanya pada sebagian tempat yang terdapat di antara dua
tanda kurung
seperti ini (?) dengan bentuk bold, mengisyaratkan tentang
ketidakjelasan
kalimat dengan redaksi yang ada, atau terdapat kesalahan,
tetapi belum
diketahui kalimat aslinya. Namun yang perlu diketahui adalah
Muhammad
Rasyid Ridha tidak selalu meletakkan tanda tersebut pada setiap
tempat yang
terdapat kesalahan dan keraguan.
Kalau
Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama besar dan pembaharu
dalam Islam
masih merasa bingung dan ada bagian tertentu yang tidak dapat
ia fahami,
maka dengan kerendahan hati kami memohon kontribusi positif
dan kritik
yang membangun, agar buku induk yang membahas tentang bid'ah
dan Sunnah
ini dapat menjadi panduan ummat dalam menjalankan syariat
yang suci
dari dekil dan rona bid'ah.
Akhirnya,
hanya kepada Allah kami memohon taufik dan hidayah,
sebab hanya
mereka yang mendapat keduanya yang akan menjadi umat yang
selamat dan
mengakui bahwa dalam hal-hal yang biasa itu terdapat sesuatu
yang luar
biasa.
"Dan
berpeganglah kamusemuanya kepada tali(agama)Allah, dan
janganlah
kamu bercerai-berai." (Qs. Aali 'Imraan [3]: 103)
"Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya
la telah diberi petunjuk kepada jalan yang Jurus."
(Qs. Aali
'Imraan [3]: 101)
Perbandingan
antara ulama yang memiliki kemampuan berdiri sendiri
—dalam
mendayagunakan keilmuannya— banyak kita jumpai pada dekade
awal, namun
tidak demikian yang terjadi pada zaman belakangan ini. Imam
Asy-Syathibi
misalnya, ia termasuk salah satu dari mereka yang berjumlah
sedikit itu,
sehingga kita hanya menemukan sedikit sekali karya-karya sang
imam. Bisa
kita lihat kitab Al Muwalaqat dan kitab Al l'tisham yang ada
pada tangan
para pembaca sekalian, yang oleh para penyair disanjung
karena
kedalamannya dalam menyampaikan,
Sedikit
darimu adalah cukup bagiku Namun yang sedikit
darimu
bukanlah sesuatu yang sedikit.
Penerbit Dar
Al Kutub Al Khudaiwiyah telah menyuguhkan ribuan
tulisan yang
sarat dengan khazanah-khazanah keilmuannya yang mungkin
akan membuat
mata Anda lelah untuk menelaahnya.
Yang Anda lihat
saat ini adalah karangan dan tulisan yang sangat
banyak,
namun sebenarnya hanya mencakup hal penting yang sedikit, atau
yang
memiliki kuantitas besar namun kurang berkualitas.
Adapun di
dalam karya yang termasuk dalam jajaran yang sedikit,
akan Anda
temukan keilmuan yang benar, yang tidak akanAnda dapatkan
pada buku
atau karangan selainnya. Semua itu lantaran pertolongan Allah
kepada si
pengarang, yangtidak diberikan kepada selain dirinya.
Kitab ini
termasuk dalam salah satu kitab yang berjumlah sedikit. Oleh
karena itu,
ia membawa wacana yang baik untuk ilmu dan pengetahuan
Islam secara
menyeluruh. Hal ini tentu tidak lepas dari keterbukaan bagian
Administrasi
Dar AlKutub AlKhudaiwiyah untuk mencetak kitab ini.
Para
sosiolog, politikus, dan sejarawan dari berbagai negara sepakat
bahwa bangsa
Arab tidak akan pernah bisa bangkit seperti yang pernah kita
saksikan
kecuali karena pengaruh Islam dalam menyatukan suara,
memperbaiki
kondisi, jiwa, dan perilakumereka. Namun kondisi yang indah
itu menjadi
goncang setelah melemahnya kekuatan kaum muslim, dan
hilangnya
kerajaan dan kebudayaan Islam. Kemudian sebagian mereka
menjadikan
agama yang mereka anutsebagai kambing hitam kemunduran
mereka.
Namun, lain halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati,
bisa
dipastikan ia akan yakin bahwa hanya agama yang sanggup membawa
kebaikan dan
perbaikan, dan tidak mungkin agama menjadi penyebab
kerusakan
dan keruntuhan, karena satu cacat tidak akan sanggup untuk
menjadi
dasar dari berbagai macamcacat yang ada dan bertentangan.
Jika agama
yang dianut kaum muslim memiliki pengaruh yang tidak
baik bagi
kaum muslim pada dekadeterakhir, maka sudah tentu hal itu
dikarenakan
satu sisi, tetapi bukan sisi yang telah menyebabkan kebaikan
kondisi kaum
muslim terdahulu. Sisi lain tersebut tidak lain adalah bid'ah dan
hal-hal baru
lainnya yang sanggup memecah belah kesatuan mereka dan
menyingkirkan
mereka dari jalan yang lurus.
Oleh karena
itu, menguak permasalahan bid'ah dan sesuatu yang baru
merupakan
hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi kaum muslim untuk
urusan agama
dan dunia mereka, yang sekaligus akan menjadi pertolongan
terbesar
bagi mereka yang menyuarakan reformasi Islami. Telah banyak ulama
yang
menuliskan pendapat mereka tentang bid'ah, dan kebanyakan berkisar
tentang
buruknya bid'ah, perintah untuk menjauhinya, dan bantahan
terhadap
para pelakunya. Akan tetapibeberapa kelompok saling berbantah
dan
menganggap kelompoknya benar sedangkan yang lain sesat dan
melakukan
bid'ah, baik karena mereka melakukan bid'ah dalam agama atau
karena
mereka tidak mengetahui maqasid-nya, atau karena mereka tidak
bersikap
lentur dalam memandang dan mengamalkan nash.
Dalam hal
ini kami tidak mengetahui ada seseorang yang mendapat
petunjuk
seperti yang diperoleh Al Imam Abu Ishak Asy-Syathibi dalam riset
ilmiah yang
menjadi dasar terbentuknya tema buku ini yang kemudian terbagi
menjadi
beberapa bab yang berisi pembahasan-pembahasan.
Seandainya
kitab ini dikarang tidak pada masa kemunduran umat
Islam dalam
hal keilmuan dan agama, maka kitab ini pasti akan menjadi
dasar
kebangkitan baru untuk menghidupkan Sunnah dan memperbaiki
tatanan
akhlak serta sosial kemasyarakatan. Akan tetapi penulis kitab ini
—yang juga
penulis kitab Al Muwafaqat— termasuk dalam pembaharupembaharu yang luar biasa
dalam Islam. Tidak ada yang menandingi
kecermatannya
dalam menuangkan buah pikiran. la seperti si bijak dalam
ilmu sosial
kemasyarakatan; Abdurrahman Ibnu Khaldun. Keduanya
membawa
karya yang tidak dapat diungguli oleh seorang pun sebelumnya.
Namun sayang
sekali, umat tidak banyak memanfaatkan ilmu mereka
sebagaimana
mestinya.
Kitab Al
Muwafaqat tidak tertandingi dalam penyusunan bab-babnya
(ushul
fikih, hukum syariah dan rahasia-rahasianya). Demikian juga dengan
kitab Al
Itisham, sehingga isi kitab tersebut sangat menyenangkan dan
memuaskan,
walaupun penulisnya — semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadanya— belum menyelesaikan
penulisannya.
Penulis
memulai tulisannya dengan pembukaan tentang keanehan
Islam saat
awal kemunculannya dan hadtts, "Bada 'al islaamu ghariibari"
(Islam
muncul —dianggap— aneh). Dengan hal tersebut ia memberi isyarat
yang
mendasar dan berdasar.
Pembahasan-pembahasan
yang ada dalam buku ini terbagi menjadi
sepuluh bab:
Bab I:
Definisi, penjelasan arti, dan pengambilan kata bid'ah dari segi
lafazh.
Bab II:
Tercelanya bid'ah dan buruknya tempat kembali para pelaku
bid'ah.
Bab II:
Tentang umumnya celaan terhadap bid'ah dan hal-hal baru
dalam agama.
Bab IV:
Sumber pengambilan ahli bid'ah dalam berdalil.
Bab V: Hukum
bid'ah hakikiyah dan idhafiyah serta
perbedaan
keduanya.
Bab VI:
Hukum-hukum bid'ah tidak hanya satu macam.
Bab VII:
Bid'ah masuk dalam perkara adat atau hanya perkara ibadah.
Bab VIII:
Perbedaan antara bid'ah, al maslahat al mursalah, dan
istihsan.
Bab DC:
Sebab-sebab terpecahnya kelompok yang membuat bid'ah di
kalangan
umat Islam.
Bab X:
Penjelasan makna shirathal mustaqim yang diselewengkan
oleh ahli
bid'ah kemudian mereka tersesat setelah adanya petunjuk yang jelas.
Pada bab-bab
tersebut terdapatpermasalahan-permasalahan yang
mempunyai
kemiripan dalam pembahasannya. Dalil-dalilnya juga banyak yang
berbenturan.
Dikarenakan banyaknya syubhat (sesuatu yang telah tercampur
sesuatu
sehingga tidak memungkinkan untuk menghukuminya halal) serta
banyaknya
pendapat-pendapat yang berusaha menerangkan tema yang sedang
dibahas,
maka sangat lumrah jika sulit merumuskan tema buku ini,
L
X Al
I'tisham
sulit untuk
memisahkan antara permasalahan inti dengan permasalahan
tambahan,
kecuali bagi mereka yangmempunyai mata batin yang kuat,
seperti yang
dimiliki oleh penulis. Buku ini juga
menyajikan dasar
pemahaman
yang luas, penyajian kata yang kuat, dan ketepatan serta
kefasihan
bahasa dalam pengungkapannya.
Permasalahan
yang paling rumit dalam pembahasan ini diantaranya
adalah
perkara Sunnah dan mustahabbah (disukai). Suatu pekerjaan
digolongkan
bid'ah bisa karena sifat-sifatnya atau cara mengerjakannya,
seperti cara
mengerjakan shalat yang kemudian melazimkan diri mereka
untuk
berhenti sejenak untuk berdzikir atau mengucapkan doa-doa yang
ma 'tsur
(diterima secara turun-temurun) secara bersama-sama, lalu lama
kelamaan
mereka menggolongkannya sebagai salah satu syiar agama,
sehingga
mereka menganggap orang-orang yang menentang mereka atau
yang
meninggalkan hal tersebut sebagai orang yang ingkar terhadap agama.
Penulis
berbicara panjang lebar tentang bid'ah dan memunculkan
semua bentuk
syubhat (hal yang meragukan) dalam permasalahan tersebut,
kemudian
menyerangnya dengan kritikan-kritikan, lalu pada akhirnya ia
memberi
solusi tepat terhadap permasalahan tersebut.