Thursday 19 February 2015

BID'AH DAN SUNNAH


  

Al – I’TISHAM, BUKU INDUK PEMBAHASAN BID’AH DAN SUNNAH

Para sosiolog, politikus, dan sejarahwan dari berbagai negara sepakat
bahwa bangsa Arab tidak akan pemah bisa bangkit seperti yang pemah kita
saksikan, kecuali dengan keutuhan  Islam dan kemurniannya dalam
menyatukan dan memperbaiki kondisi, jiwa serta perilaku umat. Dahulu
kondisi yang indah, damai, dan kental dengan keislaman pernah ada, namun
kemudian menjadi goncang setelah melemahnya kaum muslim. Kemudian
timbul suara dari sebagian mereka yang akidah dan ibadahnya telah terkotori
bid'ah dengan menjadikan agama sebagai kambing hitam kemunduran.
Namun, lain halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati keshalihan,
sebab ia berkeyakinan bahwa hanya agama yang sanggup membawa kebaikan dan
kesatuan, dan tidak mungkin menjadi penyebab kerusakan dan keruntuhan.
Mereka tidak sadar atau mungkin menyadari bahwa hal-hal baru yang dimasukkan
dalam akidah dan ibadah (bid'ah) telah menggerogoti kekokohon dan
keindahan dalam kesatuan umat. Bukan hanya kesatuan, namun hal itu juga
sanggup mendorong dan melemparkan umat ke dalam api neraka, sebab bid'ah
adalah sesat dan setiap yang sesat hanya bisa bermuara di neraka.
Berkaitan dengan hal tersebut kami memandang penting (kalau tidak
dikatakan sebagai keharusan) untuk mengkaji dan menerbitkan buku yang
semestinya menjadi panduan umat dalam membedakan antara bid'ah dan
sunnah, sebab keduanya memiliki pemisah yang sangat tipis dan cara
pelaksanaan yang terselubung.
Dalam buku ini —seperti yang ditandaskan oleh Muhammad Rasyid
Ridha— para pembaca akan menemukan sebagian kalimat yang berada di
antara dua tanda baca ini () dengan bentuk bold atau tanda baca lainya untuk
mencocokkan makna tulisan, sebab ia tidak akan cocok kecuali dengan
kalimat yang ditunjuk sebagai pengganti dari kalimat aslinya. Tujuannya adalah
untuk membedakannya dengan kalimat yang lain dan memberitahukan bahwa
kalimat tersebut termasuk bagian darirevisi. Para pembaca juga akan
menemukan tanda tanya pada sebagian tempat yang terdapat di antara dua
tanda kurung seperti ini (?) dengan bentuk bold, mengisyaratkan tentang
ketidakjelasan kalimat dengan redaksi yang ada, atau terdapat kesalahan,
tetapi belum diketahui kalimat aslinya. Namun yang perlu diketahui adalah
Muhammad Rasyid Ridha tidak selalu meletakkan tanda tersebut pada setiap
tempat yang terdapat kesalahan dan keraguan.
Kalau Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama besar dan pembaharu
dalam Islam masih merasa bingung dan ada bagian tertentu yang tidak dapat
ia fahami, maka dengan kerendahan hati kami memohon kontribusi positif
dan kritik yang membangun, agar buku induk yang membahas tentang bid'ah
dan Sunnah ini dapat menjadi panduan ummat dalam menjalankan syariat
yang suci dari dekil dan rona bid'ah.
Akhirnya, hanya kepada Allah kami memohon taufik dan hidayah,
sebab hanya mereka yang mendapat keduanya yang akan menjadi umat yang
selamat dan mengakui bahwa dalam hal-hal yang biasa itu terdapat sesuatu
yang luar biasa.

"Dan berpeganglah kamusemuanya kepada tali(agama)Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai." (Qs. Aali 'Imraan [3]: 103)
"Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya la telah diberi petunjuk kepada jalan yang Jurus."
(Qs. Aali 'Imraan [3]: 101)

Perbandingan antara ulama yang memiliki kemampuan berdiri sendiri
—dalam mendayagunakan keilmuannya— banyak kita jumpai pada dekade
awal, namun tidak demikian yang terjadi pada zaman belakangan ini. Imam
Asy-Syathibi misalnya, ia termasuk salah satu dari mereka yang berjumlah
sedikit itu, sehingga kita hanya menemukan sedikit sekali karya-karya sang
imam. Bisa kita lihat kitab Al Muwalaqat dan kitab Al l'tisham yang ada
pada tangan para pembaca sekalian, yang oleh para penyair disanjung
karena kedalamannya dalam menyampaikan,
Sedikit darimu adalah cukup bagiku Namun yang sedikit
darimu bukanlah sesuatu yang sedikit.
Penerbit Dar Al Kutub Al Khudaiwiyah telah menyuguhkan ribuan
tulisan yang sarat dengan khazanah-khazanah keilmuannya yang mungkin
akan membuat mata Anda lelah untuk menelaahnya.
Yang Anda lihat saat ini adalah karangan dan tulisan yang sangat
banyak, namun sebenarnya hanya mencakup hal penting yang sedikit, atau
yang memiliki kuantitas besar namun kurang berkualitas.
Adapun di dalam karya yang termasuk dalam jajaran yang sedikit,
akan Anda temukan keilmuan yang benar, yang tidak akanAnda dapatkan
pada buku atau karangan selainnya. Semua itu lantaran pertolongan Allah
kepada si pengarang, yangtidak diberikan kepada selain dirinya.
Kitab ini termasuk dalam salah satu kitab yang berjumlah sedikit. Oleh
karena itu, ia membawa wacana yang baik untuk ilmu dan pengetahuan
Islam secara menyeluruh. Hal ini tentu tidak lepas dari keterbukaan bagian
Administrasi Dar AlKutub AlKhudaiwiyah untuk mencetak kitab ini.
Para sosiolog, politikus, dan sejarawan dari berbagai negara sepakat
bahwa bangsa Arab tidak akan pernah bisa bangkit seperti yang pernah kita
saksikan kecuali karena pengaruh Islam dalam menyatukan suara,
memperbaiki kondisi, jiwa, dan perilakumereka. Namun kondisi yang indah
itu menjadi goncang setelah melemahnya kekuatan kaum muslim, dan
hilangnya kerajaan dan kebudayaan Islam. Kemudian sebagian mereka
menjadikan agama yang mereka anutsebagai kambing hitam kemunduran
mereka. Namun, lain halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati,
bisa dipastikan ia akan yakin bahwa hanya agama yang sanggup membawa
kebaikan dan perbaikan, dan tidak mungkin agama menjadi penyebab
kerusakan dan keruntuhan, karena satu cacat tidak akan sanggup untuk
menjadi dasar dari berbagai macamcacat yang ada dan bertentangan.
Jika agama yang dianut kaum muslim memiliki pengaruh yang tidak
baik bagi kaum muslim pada dekadeterakhir, maka sudah tentu hal itu
dikarenakan satu sisi, tetapi bukan sisi yang telah menyebabkan kebaikan
kondisi kaum muslim terdahulu. Sisi lain tersebut tidak lain adalah bid'ah dan
hal-hal baru lainnya yang sanggup memecah belah kesatuan mereka dan
menyingkirkan mereka dari jalan yang lurus.
Oleh karena itu, menguak permasalahan bid'ah dan sesuatu yang baru
merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi kaum muslim untuk
urusan agama dan dunia mereka, yang sekaligus akan menjadi pertolongan
terbesar bagi mereka yang menyuarakan reformasi Islami. Telah banyak ulama
yang menuliskan pendapat mereka tentang bid'ah, dan kebanyakan berkisar
tentang buruknya bid'ah, perintah untuk menjauhinya, dan bantahan
terhadap para pelakunya. Akan tetapibeberapa kelompok saling berbantah
dan menganggap kelompoknya benar sedangkan yang lain sesat dan
melakukan bid'ah, baik karena mereka melakukan bid'ah dalam agama atau
karena mereka tidak mengetahui maqasid-nya, atau karena mereka tidak
bersikap lentur dalam memandang dan mengamalkan nash.
Dalam hal ini kami tidak mengetahui ada seseorang yang mendapat
petunjuk seperti yang diperoleh Al Imam Abu Ishak Asy-Syathibi dalam riset
ilmiah yang menjadi dasar terbentuknya tema buku ini yang kemudian terbagi
menjadi beberapa bab yang berisi pembahasan-pembahasan.
Seandainya kitab ini dikarang tidak pada masa kemunduran umat
Islam dalam hal keilmuan dan agama, maka kitab ini pasti akan menjadi
dasar kebangkitan baru untuk menghidupkan Sunnah dan memperbaiki
tatanan akhlak serta sosial kemasyarakatan. Akan tetapi penulis kitab ini
—yang juga penulis kitab Al Muwafaqat— termasuk dalam pembaharupembaharu yang luar biasa dalam Islam. Tidak ada yang menandingi
kecermatannya dalam menuangkan buah pikiran. la seperti si bijak dalam
ilmu sosial kemasyarakatan; Abdurrahman Ibnu Khaldun. Keduanya
membawa karya yang tidak dapat diungguli oleh seorang pun sebelumnya.
Namun sayang sekali, umat tidak banyak memanfaatkan ilmu mereka
sebagaimana mestinya.
Kitab Al Muwafaqat tidak tertandingi dalam penyusunan bab-babnya
(ushul fikih, hukum syariah dan rahasia-rahasianya). Demikian juga dengan
kitab Al Itisham, sehingga isi kitab tersebut sangat menyenangkan dan
memuaskan, walaupun penulisnya — semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadanya— belum menyelesaikan penulisannya.
Penulis memulai tulisannya dengan pembukaan tentang keanehan
Islam saat awal kemunculannya dan hadtts, "Bada 'al islaamu ghariibari"
(Islam muncul —dianggap— aneh). Dengan hal tersebut ia memberi isyarat
yang mendasar dan berdasar.
Pembahasan-pembahasan yang ada dalam buku ini terbagi menjadi
sepuluh bab:

Bab I: Definisi, penjelasan arti, dan pengambilan kata bid'ah dari segi
lafazh.
Bab II: Tercelanya bid'ah dan buruknya tempat kembali para pelaku
bid'ah.
Bab II: Tentang umumnya celaan terhadap bid'ah dan hal-hal baru
dalam agama.
Bab IV: Sumber pengambilan ahli bid'ah dalam berdalil.
Bab V: Hukum bid'ah hakikiyah dan idhafiyah  serta perbedaan
keduanya.
Bab VI: Hukum-hukum bid'ah tidak hanya satu macam.
Bab VII: Bid'ah masuk dalam perkara adat atau hanya perkara ibadah.
Bab VIII: Perbedaan antara bid'ah, al maslahat al mursalah, dan
istihsan.
Bab DC: Sebab-sebab terpecahnya kelompok yang membuat bid'ah di
kalangan umat Islam.
Bab X: Penjelasan makna shirathal mustaqim yang diselewengkan
oleh ahli bid'ah kemudian mereka tersesat setelah adanya petunjuk yang jelas.
Pada bab-bab tersebut terdapatpermasalahan-permasalahan yang
mempunyai kemiripan dalam pembahasannya. Dalil-dalilnya juga banyak yang
berbenturan. Dikarenakan banyaknya syubhat (sesuatu yang telah tercampur
sesuatu sehingga tidak memungkinkan untuk menghukuminya halal) serta
banyaknya pendapat-pendapat yang berusaha menerangkan tema yang sedang
dibahas, maka sangat lumrah jika sulit merumuskan tema buku ini,
L
X Al I'tisham
sulit untuk memisahkan antara permasalahan inti dengan permasalahan
tambahan, kecuali bagi mereka yangmempunyai mata batin yang kuat,
seperti yang dimiliki oleh penulis. Buku ini juga  menyajikan dasar
pemahaman yang luas, penyajian kata yang kuat, dan ketepatan serta
kefasihan bahasa dalam pengungkapannya.
Permasalahan yang paling rumit dalam pembahasan ini diantaranya
adalah perkara Sunnah dan mustahabbah (disukai). Suatu pekerjaan
digolongkan bid'ah bisa karena sifat-sifatnya atau cara mengerjakannya,
seperti cara mengerjakan shalat yang kemudian melazimkan diri mereka
untuk berhenti sejenak untuk berdzikir atau mengucapkan doa-doa yang
ma 'tsur (diterima secara turun-temurun) secara bersama-sama, lalu lama
kelamaan mereka menggolongkannya sebagai salah satu syiar agama,
sehingga mereka menganggap orang-orang yang menentang mereka atau
yang meninggalkan hal tersebut sebagai orang yang ingkar terhadap agama.
Penulis berbicara panjang lebar tentang bid'ah dan memunculkan
semua bentuk syubhat (hal yang meragukan) dalam permasalahan tersebut,
kemudian menyerangnya dengan kritikan-kritikan, lalu pada akhirnya ia
memberi solusi tepat terhadap permasalahan tersebut.

No comments:

Post a Comment

mohon masukan komentar jika menyukai suguhan kami